Ujung sebuah cita-cita.

Ketika kita baru lahir, apa yang kita lakukan?
Dimulai dari kata belajar. Kita belajar mengaktifkan fungsi tubuh yang sebenarnya.
Kita merangkak, duduk, berdiri, maupun berjalan
Saat itu kita tak kenal kata putus asa

Setelah itu kita mencoba mengenali apa itu dunia
Kita mencoba berbicara, mencari nama-nama benda dan menyebutkannya
Kita mencoba mengendarai sepeda, walaupun memakai sepeda 4 roda
Kita mengenali kata sulit, sukar, ataupun sejenisnya

Saat kita memakai seragam sekolah
Kita mengasah kemampuan otak.
Hitung-berhitung, membaca, menulis, semua kita latih
Yang paling penting adalah memahami

Ketika remaja kita mencoba menerawang
Apa cita-citaku? Bagaimana menggapainya?
Mencoba meraih cita-cita, seperti menaiki puncak
Ketika mencapai puncak, kita ingin melewati yang lebih tinggi yaitu langit

Usaha dan kerja keras pun ditambah
Waktu terasa lama ketika kita menghadapi masalah
Waktu terasa cepat ketika menemukan solusi dan terbebas dari masalah
Proses mencapai langit pun tercapai

Langit pun terlampaui, apa yang kita inginkan berikutnya?
Terfikir oleh kita, di atas langit ada galaksi
Merasa tak bisa mencapainya, mencoba mencari solusi
Akhirnya kita mengetahui, untuk mencapai galaksi cukup dengan imajinasi

Lalu kita berfikir imajinasi bisa menembus segalanya
Apakah benar? Ternyata kita salah
Yang tidak bisa ditembus imajinasi adalah SURGA dan NERAKA ALLAH
Kita tak dapat berimajinasi bagaimana kenikmatan-Nya maupun siksa-Nya

Untuk mengetahuinya ada 1 kata yang pasti: MATI
Ketika berfikir itu, kita tak mau mencobanya
Merasa amal baik belum cukup dan hanya ingin meraih kata SURGA
Cita-cita tak terbatas pun memiliki ujung ketika kita menyadari bahwa SURGA adalah hal tertinggi yang ingin kita raih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar