Akhir Juni 2011

Melihat beranda FB yang dipenuhi status hasil SNMPTN
Mereka yang bersyukur dan mengucapkan "Alhamdulillah",
Sedangkan mereka yang menyesal tidak lolos dalam persaingan
Memohon kepada-Nya untuk menegarkan hati mereka

Di saat itu, rasa syukur maupun rasa sesal mereka
Membuat keberadaan-Nya terlihat jelas

Apakah hanya bertahan sebentar?
Apakah besok akan lupa?

Semoga saja tidak.

Asing?!

"Tak disangka orang yang suka musik-musik rock, suka film-film anime, suka baca komik, dll masih inget maupun peduli dengan Islam.."

Kenapa heran? Aneh? Haram?
Apa Islam mempunyai batas tertentu?

Apa Islam se-asing itu kah?

Sindiran


"Tak perlu menggapai langit, jika melihat langit saja dengan wajah penuh keputus-asaan..."
"Hei, kau menyindirku yah?"

Kita hidup berdampingan. Jika tidak mau disindir, setidaknya nasihat ini ditunjukkan untuk diriku sendiri.
... dan ketika hal tersebut aku lakukan, aku ingin bertanya sesuatu padamu:
"Apakah aku egois?"

Beranda yang "dihiasi" cinta mereka

Terkadang ana pusing melihat beranda FB sendiri
Kenapa? Ketika isi beranda dipenuhi status ga penting
Dipenuhi status cinta dengan sajak yang berlebihan

Efek Rumah Kaca saja menyinggung lagu cinta yang berlebihan:
"Atas nama pasar semua begitu banal"
Mereka bukan penyanyi, perlu diganti sedikit liriknya:
"Atas nama pacar semua begitu banal"
Mending pacar, cuma harapan yang akan kandas..

Apalagi jika tulisan status yang ga percaya sama pacar
Selingkuh lah, pembohong lah, munafik lah, dan sejenisnya
Siapa yang salah? Siapa yang bener?
Semua salah! ga ada yang bener..

Siapa yang suruh pacaran? Kalian sendiri khan?
Kenapa lebih terlihat tidak bahagia? Bosan atau bodoh?

Ana lebih setuju dengan pendapat:
"Cinta dalam diammu, bukan tindakanmu."

Memilih

Cobalah kita berkata: "Saya ISLAM!"
Apa yang terpikir dalam benak mereka
Hiasan KTP, Agama keturunan, Agama teroris
Tak ada yang positif


Cobalah kita berkata: "Saya memilih ISLAM!"
Apa yang terpikir dalam benak mereka
Apakah positif? Apakah negatif?
Tak perlu dipikirkan, kita sudah memilih!

Masa depan

Masa depan
Siapa dia?

Apakah dia ganteng? Apakah dia cantik?
Apakah dia kaya? Apakah dia miskin?
Apakah dia terkenal? Apakah dia terhina?

Banyak yang ingin ditanyakan,
Kapan bertemu dengannya?
Bagaimana caranya?


Bagaimana? Cukup kita jalani hidup ini
Kapan? .....biar ALLAH yang memperkenankan kita bertemu dirinya.

Hati yang tak pernah puas

Jawablah dengan jujur,
Apakah kita puas ketika mendapat harta yang berlimpah?
Tidak

Apakah kita puas ketika memiliki jabatan yang tinggi?
Tidak

Apakah kita puas ketika kita telah meraih impian, cita-cita, maupun hal yang kita inginkan?
Tidak

Lalu, apa lagi hal yang membuat kita tidak puas?

Itu sih jawaban pribadi
Kalau ana sih: "Senyuman orang tua, terutama Ibu.."

Yang terlupa...

Menghiasi diri dengan beribu motivasi, tak berarti
Diri yang lemah, apakah penyebab semua ini?
Ku ingin melangkah maju, tetapi hanya terlihat jalan buntu

...ternyata aku melupakan satu hal
Komitmen!

Ku benci kata belajar ketika...

Aku tau...
Belajar itu susah
Aku tidak akan menyangkal hal tersebut.

Tapi aku tidak suka mendengar kata belajar...
Ketika kata tersebut dijadikan kalimat untuk sebuah alasan
"Aku khan baru belajar..", "...namanya juga masih belajar.", dan sejenisnya.

Untitled


Mengapa ana memotret ini? Apa artinya?
Yah, silahkan berpikir sendiri.. Masa mau disuapin terus?

Rokok

Teringat dialog 2 orang yang ingin pergi:

A: (Menghidupkan mesin motor) "Oi, cepetan.. Jangan rokok mulu!"
B: "Ah, ga enak nih.. Dari tadi ga ngerokok!"

Bukan rokok yang membuat nyaman, justru rokok membuat dirinya tidak nyaman!

Warisan

Mengingat peribahasa: "Gajah mati meninggalkan gadingnya."

Waktu yang telah berlalu...
mewariskan sejarah dan pengalaman,

(Jika) orang tua meninggalkan kita, anaknya...
mewariskan semua harta kekayaan yang dimilikinya,


...kalau hanya ingat hartanya, percuma kita tinggal bersamanya..
Karena setiap manusia...mewariskan KENANGAN tentang dirinya.

Munafik

A: "Apa gelar tertinggi yang pantas disebutkan untuk orang yang pemberani?"
B: "Munafik!"
A: "Hah? Kenapa?"
B: "Karena begitu mudah ketika mengatakannya, dan begitu sulit ketika menerimanya."

Begitu mudah kita mengucapkannya!

Pesan dari Alam

Teringat kejadian di belakang musholla sekolah..

Ku terdiam, merasakan kegundahan yang menyebabkan lahirnya kebosanan hidup.
Ku melihat sekitar, hanya rumput-rumput liar yang berada di depanku.
Ku tersenyum..

Diriku belajar dari alam-Nya..

Rumput-rumput liar itu terus tumbuh, walaupun sering dicabut karena dianggap merusak pemandangan.

Memahami

Teman: "Ente adalah imam ane, yang pantas ane jadikan contoh.."
Aku: "Salah! Malah ane yang belajar banyak dari ente! Ente guru ane.. Ane ga bisa jadi imam ente! Ente belom tau busuknya ane sih!"

Ini adalah dialog antara aku dan temanku yang telah kuanggap saudara ketika lulus SMK..
Dialog pun terus berlanjut;
Menatap, mendengarkan, dan mempertahankan argumen yang bersifat merendahkan diri masing-masing..


Akhirnya aku mengerti..

Diriku kurang, dirinya kurang, tak ada yang lebih.
Diriku lebih dimatanya, dirinya lebih dimataku, tak ada pendapat yang salah.


Terima kasih saudaraku! :)

Cinta

Cinta mengalahkanmu
Ketika mata, kulit, dan mulutmu tidak berfungsi...
untuk menatap, menyentuh, bahkan berbicara dengannya...

Nafsu mengalahkanmu
Ketika kita melakukan hal sebaliknya...


Mata untuk melihat dirinya,
kulit untuk menyentuh dirinya, dan
mulut untuk mengucapkan cinta kepadanya...


...yang mana yang kita pilih?

Untuk yang sedang mengeluh!

Apakah kau berpikir bahwa mereka itu jahat kepadamu?
Benar!
Karena mereka tertawa ketika dirimu mendapatkan masalah...

Apakah kau berpikir bahwa mereka itu tidak memperhatikanmu?
Mungkin...
Karena mereka sedikit nyaman ketika masalah hanya berada di pihakmu...

Apakah kau berpikir bahwa mereka itu sepertimu?
Tidak!
Karena mereka hanya melihat masalah, bukan merasakan masalah tersebut...

: ( :
Apakah kau berpikir bahwa mereka itu kasihan?
IYA!
Karena saat ini dirimu lebih diperhatikan oleh-Nya, bukan mereka!